28 Juli 2013

Diujung peron, berlatar senja.

Diujung peron stasiun itu, senyummu melengkung indah, Kekasih.. isyaratkan tentang rupa dirimu, dan isyaratkan tentang perpisahan. tentang luka yang telah menyumur tanpa dasar, juga suara tangis seorang gadis.

Diujung peron itu, tampak seorang gadis duduk menatap langit yang mulai kemerahan.

bisik dalam hati "segeralah pulang, Kekasih.."

Di tiap senja, banyak rindu yang bergelayut dalam jarak, banyak pula rindu yang di titipkan di setiap senja yang hadir.

"pulang lah, kekasih" pintanya selalu

Di balik warna senja yang kian memudar, bayangan senyum mu kian memudar terbawa hembusan angin kereta yang melaju.

Di laju kereta itu, membawa rinduku padamu, Kekasih..
suatu saat angin kan sangat sepoi mengusap tangis akan merindukan mu.

Diujung peron itu, senja lebur diteduh matanya dan tak ada yang tak rasa kamu, semua rasa rindu dan rasa harap temu.

Kini warna senja kian memudar, Kekasih..
matahari ini akan disimpan..

tanda bahwa masih ada sosok bayang dirimu di tiap warna senja yang kemerahan.

Perpisahan

Kini senja telah tiba..
bayang dari sosok mu kian menjauh.. kian memudar

terbitnya mentari tak pernah temukan kami, ditempat tenggelamnya mentari meniggalkan kami. Begitu singkat nya hari-hari ku bersamamu, lebih singkat lagi kata-kata ku.

Namun jika suaraku telah sayup ditelingamu, dan cintaku telah lenyap dikenanganmu, dan aku akan kembali datang, bersama gelombang dilangit senja.

Tapi yang lebih manis dari tama dan lebih agung dari kerinduan datang menyelinap di dada, Ia adalah keabadian tanpa batas dalam dirimu, maka aku akan memandangmu dan mencintaimu. karena jarak mana yang terjangkau oleh cinta jika tidak disemesta?

Untuk ini aku bersyukur mengenalmu.. kau telah mengajarkan banyak tanpa merasa telah memberikan semua.

Inilah yang ku ingin agar kau kenang, saat kau mengenangku : Bahwa apa yang tampak paling rapuh dan bingung dalam dirimu adalah yang paling kuat dan paling teguh.

Segala pemberian disini akan kami simpan, Jika belum juga cukup, maka kita mesti berkumpul sekali lagi menengadahkan tangan kepada sang pemberi. Jangan lupa bahwa aku akan kembali.

stasiun kereta api

Entah apa yang selalu membuat ku merasa nyaman berada disini.. Distasiun kereta api ini. sepetinya banyak tercipta kenangan serta kepedihan disetiap sudut yang kupandang. Disini diriku menemukan sosok dirinya, sosok yang dulu berbadan kecil, imut. sekarang sudah menjelma menjadi sosok remaja laki-laki yang keren. namun ada satu hal  yang tak pernah hilang dari dirinya. dia masih memiliki lengkungan senyum yang indah itu, ya. senyum manis itu. senyuman yang sampai saat ini masih membuat hati ini berdegup. senyuman yang sampai saat ini masih saja menghipnotis ku. kini dia mulai menyapaku, entah mengapa tubuh ini rasanya nya kaku seakan sudah membeku menjadi es batu. liatlah, sorotan matanya masih menghipnotisku.

Tapi entah.. sampai kapan rasa ini akan menyelimuti tubuhku. dan kini ia telah menjelma menjadi remaja laki-laki yang mampu mengajarkan banyak hal. Namun dalam dirinya sepertinya masih ada sosok bayangan dari masa lalu nya. hingga yang nampak selalu saja sebuah keraguan. ah.. sudahlah.. tak sanggup sepertinya diriku tuk meminta memiliki dirinya. pria yang telah menjelma menjadi sosok pria yang menjadi idaman setiap wanita. 

Aku mundur ke dalam liang-liang jiwaku, saat aku tak dapat menemukan tempat lain tuk menyandarkan kepalaku, dan jika ada di antara mereka yang kucintai berani memasuki liang-liang ini, mereka takkan menemukan apapun selain seorang wanita yang sedang berlutut mengucap doa-doanya.

Kini kita akan semakin jauh, terpisah jarak dan kota. takkan pernah lagi terlihat jelas lengkungan indah khas dari bibirmu. aku pasti merindukan mu, merindukan semua tentang dirimu dan segela kerendahan hatimu. namun rindu padamu ini akan senantiasa ku titipkan, diatas rel kereta ini menuju kepadamu yang mungkin

masih menunggu ku disini, di stasiun kereta api ini.